Oleh Muhamad Sahlan
Peserta Kongress 44th
APIMONDIA International Apicultural Congress
Pengajar di
Departemen Teknik Kimia, Universitas Indonesia
Kongress Masyarakat Perlebahan
Dunia rutin diselenggarakan setiap 2 tahun sekali. Pada tahun 2015 kegiatan
kongres ini adalah yang ke 44 kali nya, diselenggarakan di Kota Daejon, Korea
Selatan. Selain kongres, diselenggarakan juga beberapa program saintifik, expo,
dan ekskursi. Kegiatan ini diikuti oleh berbagai delegasi dari hampir seluruh
negara di Dunia, dan diselenggarakan pada tanggal 15 – 20 September 2015.
Kegiatan ini dihadiri oleh stakeholder yang berhubungan dengan dunia
perlebahan, baik para peneliti, peternak lebah, pebisnis, pemangku kebijakan
maupun para pemegang kebijakan dalam hal ini pemerintah, serta orang-orang yang
hanya sekedar ingin tahu tentang dunia perlebahan.
Anggota yang tercatat dari
Indonesia di APIMONDIA hanya ada satu organisasi, Namun sayang sekali, anggota
dari Indonesia tersebut, saat ini sedang direkomendasikan untuk dikeluarkan
karena sudah tidak aktif lagi di APIMONDIA. Hal tersebut perlu kita fikirkan mengenai
keanggotaan aktivis perlebahan Indonesia supaya perlebahan di Indonesia dikenal
di Dunia.
Kegiatan saintifik meeting dibagi
menjadi beberapa program, plennary session, Symposium, Round table dan
work-shop dan beberapa bidang kajian Beekeeping economy, Bee biology, Bee
health, pollination and bee flora, beekeeping technology and quality,
apitherapy dan beekeeping for rural development. Beekeeping economy membahas mengenai kondisi
ekonomi para peternak lebah; bee biology membahas mengenai lebah dilihat dari
sisi organisme nya; Bee health membahas mengenai kesehatan lebah; pollination
dan bee flora, membahas mengenai makanan lebah dan dampaknya pada proses
polinasi; beekeeping technology and
quality membahas mengenai teknologi yang diterapkan pada proses peternakan
lebah dan juga bagaimana menjaga dan meningkatkan kualitas pada peternakan
lebah; Apitherapy membahas mengenai pemanfaatan produk-produk lebah untuk
kesehatan; dan beekeeping for rural development membahas mengenai peternakan
pada daerah terbelakang. Dalam acara tersebut topik mengenai apitherapy adalah
topik yang paling ramai dibicarakan.
Pembahasan mengenai khasiat atau
manfaat produk-produk perlebahan memang menjadi topik yang tidak habis-habisnya
dibahas, seperti pembuktian mengenai khasiat royal jelly sebagai anti-aging,
cacing C. elegans menjadi hewan percobaannya, peneliti dari Jepang membuktikan
bahwa dengan royal jelly waktu hidup rata-rata pada cacing tersebut lebih
panjang dari biasanya. Dari Indonesia,
penelitian mengenai propolis Indonesia sangat dominan, Dr. drg. Ardo sabir dari
Universitas Hasanuddin membahas mengenai manfaat propolis Indonesia untuk
mengganti penambal gigi. Sedangkan dari Dr. dr. Joni Susanto dari Universitas
Airlangga membahas mengenai khasiat propolis dalam menghambat proses kematian
sel saraf. Sedangkan dari Universitas Indonesia mempresentasikan mengenai hasil
uji kliniknya mengenai sediaan sabun lilin propolis Indonesia dalam mengobati
penyakit keputihan.
Selain saintifik meeting, ada juga kegiatan expo
perlebahan, di dalam acara ini hampir seluruh negara menampilkan/memamerkan
produk-produk perlebahan mereka, baik produk untuk peternakannya maupun
hasil-hasil lebahnya. Semua negara memiliki unggulan madu sendiri-sendiri
dengan rasa dan warna yang khas. Contohnya dari Brazil, mereka memiliki unggulan
bahan baku propolis dengan beberapa warna hijau, coklat dan merah. Namun sayang sekali, tidak ada satupun
perwakilan dari Indonesia yang mengikuti acara tersebut.
Kegiatan ini ditutup dengan
pemilihan tempat pelaksanaan kongres APIMONDIA yang ke 46. Ada dua negara yang
mengajukan diri menjadi tuan rumah Amerika Serikat dan Kanada. Setelah melalui
proses voting terpilihlah Kanada sebagai tuan rumah kongress APIMONDIA yang ke
46 yaitu di tahun 2019. Sedangkan untuk kongres yang ke 45 telah terpilih di
kongres sebelumnya yaitu di Turki yang di tahun 2017. Semoga suatu saat Indonesia bisa menjadi tuan
rumah kongres APIMONDIA, kongres masyarakat perlebahan dunia.
0 comments:
Posting Komentar