TEMPO.CO, Bandung - Yayasan Syamsi Dhuha kembali menggelar lomba riset obat untuk terapi pasien lupus. Untuk menjaring lebih banyak peneliti, kelompok peduli lupus di Bandung itu bekerja sama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Kategori lomba bertajuk "Care for Lupus Syamsi Dhuha Foundation Awards 2012" kali ini ditambahkan untuk membantu pasien lupus bertahan hidup.
Menurut pendiri Yayasan Syamsi Dhuha, Eko Pratomo, lomba riset itu bertujuan mencari bahan alam, termasuk tanaman obat yang aman dan efektif sebagai suplemen terapi lupus. Dokter pemerhati lupus, Rachmat Gunadi, menjelaskan lebih dari lima juta orang usia produktif di dunia telah terdiagnosis menderita lupus (Systemic Lupus Erythematosus).
Lupus merupakan penyakit autoimun kronis yang dapat menyerang hampir seluruh organ atau sistem tubuh berupa reaksi radang dan dapat mengancam jiwa. “Jumlah penderita lupus di Indonesia kini diperkirakan 300 ribu orang,” ujar spesialis penyakit dalam Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung itu, Kamis, 19 Januari 2012.
Tahun lalu, dewan juri memilih tiga tim juara riset awal obat lupus. Salah satunya adalah tim dari jurusan Teknologi Bioproses, Departemen Teknik Kimia, Universitas Indonesia. Mereka meneliti propolis atau sarang lebah sebagai bahan krim tabir surya (sunblock) yang mampu menjadi suplemen herbal bagi penderita lupus. Menurut koordinator tim, Muhammad Sahlan, sarang lebah mampu meredam dampak paparan sinar matahari yang dapat mencetus lupus. Partikel tabir surya dibuat dalam ukuran nanometer agar tidak menembus kulit.
Juara lainnya, Niken Indriyanti, yang meneliti daun cocor bebek. Mahasiswi pascasarjana Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung ini menjelaskan, berdasarkan penelitian, cocor bebek (Kalanchoe pinnata) memiliki khasiat menekan kekebalan (immuno supresan). Sedangkan Abdul Khairul Rizki Purba dari Departemen Farmakologi Universitas Airlangga, Surabaya, meneliti manfaat daun dan batang Songgolangit. Ketiga pemenang tersebut mendapat hadiah uang masing-masing Rp 30 juta untuk pengembangan riset.
Manajer Yayasan Syamsi Dhuha, Shiane Hanako, mengatakan riset ketiga pemenang tersebut sampai sekarang masih berjalan. Pada Mei mendatang, yayasan akan meminta mereka untuk memaparkan hasil risetnya. “Pengembangan riset juara selanjutnya juga akan kita jajaki dengan LIPI,” katanya, Kamis, 19 Januari 2012. Ketiga pemenang lomba tahun ini juga masing-masing akan mendapat hadiah uang Rp 30 juta.
Selain itu, kata Shiane, yayasan tahun ini membuka lomba non-riset suplemen bertajuk "All About Lupus". Penelitian yang mencakup sisi psikologis hingga ekonomi itu dibutuhkan untuk meningkatkan hidup pasien lupus. “Misalnya bagaimana orang dengan lupus bertahan hidup dengan obat yang mahal dan harus dibeli seumur hidup,” katanya.
Batas akhir penerimaan hasil riset itu pada 31 Maret 2012. Para pemenang akan diumumkan saat puncak peringatan Hari Lupus Sedunia pada 5 Mei 2012 di Institut Teknologi Bandung.
ANWAR SISWADI
(sumber: Tempo.co)
0 comments:
Posting Komentar